“To
me you are a form of art which I never get tired of admiring.”
Kuamati setiap makhluk yang berlalu lalang di hadapanku, mereka semua berpasangan. Mungkin hanya aku seorang yang sedang duduk sendirian berteman sebuah buku baru yang ceritanya ternyata tidak semenarik cover-nya. After all, pepatah don’t judge a book by its cover memang seratus persen benar.
Kusapukan
pandangan dari satu sudut ke sudut yang lain, tempat ini memang sangat ramai. Mungkin
karena ini hari Minggu. Hari dimana semua anggota keluarga berkumpul. Hari yang
paling pas untuk menghabiskan waktu dengan para perantau yang pulang kampung.
Bosan dengan
kemonotonan yang terjadi, kubalik halaman buku yang aku bawa dan segera melakukan
fast reading. Buku seperti ini
membuatku merasa seperti gadis tujuh belas tahunan. Sungguh kontras dengan
kenyataan bahwa hari ini aku genap berumur dua puluh tujuh tahun lebih satu
hari. Rasanya aneh setiap kali mengingat bahwa sudah sepuluh tahun sejak aku
meninggalkan sekolah menengah atas. How
time flies!
Tiba-tiba
ingatan membawaku kembali pada kejadian tadi malam. Sebuah percakapan melalui Short Message Service antara aku dan lelaki
itu. Seketika rasa gugup menghampiri. Jantung yang selalu berdetak pun mengejutkanku
dengan keagresifannya yang tiba-tiba. Tidak bisa dipungkiri, dia memang alat
pacu jantungku yang paling mutakhir.
Nada dering text message mengagetkanku. Membuyarkan
semua lamunan yang sedang kususun. Sebuah pesan singkat aku terima, bunyinya:
“Aku sedang
memijak tanah dimana kamu bilang akan menungguku, Bu.”
Kuambil
pembatas buku yang tergeletak nyaman di atas pangkuan, meletakkannya di halaman
buku yang sedang terbuka, kemudian menutupnya. Aku pun berdiri dan bergegas
menuju tanah perjanjian yang dimaksud. Dari kejauhan aku sudah melihat sosoknya.
Meskipun dari balik helm yang sedang dia pakai, aku pun masih bisa melihat sorot
matanya yang selalu aku rindukan itu.
“Tunggu
disini. Aku parkirkan motor dulu.” Ujar lelaki itu saat aku mendekat, sebelum akhirnya menghidupkan
motornya kembali.
Dari tempat
aku berdiri, aku amati semua gerakannya. Bagaimana dia memutar motor memasuki
lahan parkir. Bagaimana dia melepas helm yang menutupi kepalanya. Saat dia
melepas jaket yang menyembunyikan T-Shirt merah menyalanya. Saat dia melenggang
meninggalkan petugas parkir dan menyeberangi jalan. Juga sekarang, saat dia
sedang berjalan ke arahku. Merangkul jarak dan waktu yang selama ini membekukan
kisah seorang lelaki dan perempuan.
Pertemuan yang lama tertunda. Yang lama menjadi penghuni daftar impianku. Dan saat ini semuanya terasa begitu sempurna. Pas tanpa
ada yang dipaksakan. When it all fits
into place, you just know!
No comments:
Post a Comment