Aduh Ibu, apa yang tadi malam kau
lakukan?
Bukankah seharusnya kau di pojok
kamar itu memegangi tangan kanannya
ketika dia belajar menggoreskan ujung
sebuah pensil warna di atas selembar kertas?
Tidakkah kau mendudukkannya di
pangkuanmu yang hangat?
Mengejakan puluhan huruf yang ada
di buku cerita yang kini menyembul bisu dari tas sekolahnya.
Korupsi lah lima belas menit saja dari
malam gemerlapmu
Sekedar untuk menjawab semua
pertanyaan konyol khas anak-anak yang meluncur dengan lugu dari mulut kecilnya
itu.
Oh Ibu, kenapa kau lewatkan
kesempatan emas yang dititipkan Tuhan melalui malaikat kecil, yang dulu kau
kandung di dalam rahimmu?
Aduh Ibu, apa yang sedang kau
lakukan?
Benarkah gaun, tas, sepatu dan make
up kini menjadi satu-satunya kenikmatan bagimu?
Lantas bagaimana dengan robot, mobil-mobilan,
boneka beruang ataupun Barbie?
Benda-benda yang berhasil memaku
dia pada pandangan pertama.
Yang kini teronggok di sudut kotak segi
empat berharap suatu saat kau mau memainkannya bersama tuan kecilnya.
Ibu, tidakkah kau ingin menikmati
sebuah pertunjukan ala kadarnya yang dipersiapkan khusus untukmu?
Yang mungkin dia pelajari saat bercanda
dengan teman-teman atau gurunya.
Oh Ibu, ayolah ambil kursi dan
duduk di hadapannya, minta dia menyanyi untukmu.
Aduh Ibu, apa lagi yang kini sedang
kau lakukan?
Bukankah semestinya kau duduk di
meja makan dan menanyakan bagaimana harinya di sekolah?
Lihatlah ada banyak sekali cerita
yang dia simpan untukmu.
Tidakkah kau ingin tahu bagaimana
tangannya bisa tergores atau bagaimana baju putih bersihnya bisa berbekas noda?
Ah Ibu, kau melewatkan setiap detilnya.
Sekarang dia tidak akan lagi
menunggumu pulang dengan sebuah pensil warna di tangan.
Tidak akan ada lagi buku cerita
yang menyembul dari dalam tas apalagi sebuah pertunjukan.
Oh Ibu, dia sekarang menghilang.
Bukan lagi malaikat kecil dengan
tawa riang.
Siapakah dia sekarang?
No comments:
Post a Comment