Sunday 11 March 2012

Aduh Ibu!


Aduh Ibu, apa yang tadi malam kau lakukan?
Bukankah seharusnya kau di pojok kamar itu memegangi tangan kanannya
ketika dia belajar menggoreskan ujung sebuah pensil warna di atas selembar kertas?
Tidakkah kau mendudukkannya di pangkuanmu yang hangat?
Mengejakan puluhan huruf yang ada di buku cerita yang kini menyembul bisu dari tas sekolahnya.
Korupsi lah lima belas menit saja dari malam gemerlapmu
Sekedar untuk menjawab semua pertanyaan konyol khas anak-anak yang meluncur dengan lugu dari mulut kecilnya itu.
Oh Ibu, kenapa kau lewatkan kesempatan emas yang dititipkan Tuhan melalui malaikat kecil, yang dulu kau kandung di dalam rahimmu?


Aduh Ibu, apa yang sedang kau lakukan?
Benarkah gaun, tas, sepatu dan make up kini menjadi satu-satunya kenikmatan bagimu?
Lantas bagaimana dengan robot, mobil-mobilan, boneka beruang ataupun Barbie?
Benda-benda yang berhasil memaku dia pada pandangan pertama.
Yang kini teronggok di sudut kotak segi empat berharap suatu saat kau mau memainkannya bersama tuan kecilnya.
Ibu, tidakkah kau ingin menikmati sebuah pertunjukan ala kadarnya yang dipersiapkan khusus untukmu?
Yang mungkin dia pelajari saat bercanda dengan teman-teman atau gurunya.
Oh Ibu, ayolah ambil kursi dan duduk di hadapannya, minta dia menyanyi untukmu.


Aduh Ibu, apa lagi yang kini sedang kau lakukan?
Bukankah semestinya kau duduk di meja makan dan menanyakan bagaimana harinya di sekolah?
Lihatlah ada banyak sekali cerita yang dia simpan untukmu.
Tidakkah kau ingin tahu bagaimana tangannya bisa tergores atau bagaimana baju putih bersihnya bisa berbekas noda?
Ah Ibu, kau melewatkan setiap detilnya.
Sekarang dia tidak akan lagi menunggumu pulang dengan sebuah pensil warna di tangan.
Tidak akan ada lagi buku cerita yang menyembul dari dalam tas apalagi sebuah pertunjukan.
Oh Ibu, dia sekarang menghilang.
Bukan lagi malaikat kecil dengan tawa riang.
Siapakah dia sekarang?

No comments:

Post a Comment

Sunday 11 March 2012

Aduh Ibu!


Aduh Ibu, apa yang tadi malam kau lakukan?
Bukankah seharusnya kau di pojok kamar itu memegangi tangan kanannya
ketika dia belajar menggoreskan ujung sebuah pensil warna di atas selembar kertas?
Tidakkah kau mendudukkannya di pangkuanmu yang hangat?
Mengejakan puluhan huruf yang ada di buku cerita yang kini menyembul bisu dari tas sekolahnya.
Korupsi lah lima belas menit saja dari malam gemerlapmu
Sekedar untuk menjawab semua pertanyaan konyol khas anak-anak yang meluncur dengan lugu dari mulut kecilnya itu.
Oh Ibu, kenapa kau lewatkan kesempatan emas yang dititipkan Tuhan melalui malaikat kecil, yang dulu kau kandung di dalam rahimmu?


Aduh Ibu, apa yang sedang kau lakukan?
Benarkah gaun, tas, sepatu dan make up kini menjadi satu-satunya kenikmatan bagimu?
Lantas bagaimana dengan robot, mobil-mobilan, boneka beruang ataupun Barbie?
Benda-benda yang berhasil memaku dia pada pandangan pertama.
Yang kini teronggok di sudut kotak segi empat berharap suatu saat kau mau memainkannya bersama tuan kecilnya.
Ibu, tidakkah kau ingin menikmati sebuah pertunjukan ala kadarnya yang dipersiapkan khusus untukmu?
Yang mungkin dia pelajari saat bercanda dengan teman-teman atau gurunya.
Oh Ibu, ayolah ambil kursi dan duduk di hadapannya, minta dia menyanyi untukmu.


Aduh Ibu, apa lagi yang kini sedang kau lakukan?
Bukankah semestinya kau duduk di meja makan dan menanyakan bagaimana harinya di sekolah?
Lihatlah ada banyak sekali cerita yang dia simpan untukmu.
Tidakkah kau ingin tahu bagaimana tangannya bisa tergores atau bagaimana baju putih bersihnya bisa berbekas noda?
Ah Ibu, kau melewatkan setiap detilnya.
Sekarang dia tidak akan lagi menunggumu pulang dengan sebuah pensil warna di tangan.
Tidak akan ada lagi buku cerita yang menyembul dari dalam tas apalagi sebuah pertunjukan.
Oh Ibu, dia sekarang menghilang.
Bukan lagi malaikat kecil dengan tawa riang.
Siapakah dia sekarang?

No comments:

Post a Comment