Friday 3 December 2010

Sebuah Tulisan di Buku Diariku




Seolah bumiku tidak pernah ada atau kau rasa. Seperti itulah sekarang tampakmu olehku. Entah apa yang telah bumiku perbuat salah sehingga kau menjejakkan jauh kakimu dan tidak pernah menoleh ke belakang. Tidakkah kau dengar suara itu? Suara dedaunan di musim panas yang memanggil namamu? Suara rintik hujan yang meneriakkan rasa rindunya padamu? Bumiku kini lebih indah dari sebelumnya, ada lebih banyak malaikat kecil yang bermain di taman, berlari bekejar-kejaran dengan tawanya yang begitu nyaring namun damai kurasa. Kejamkah kau bagiku? Tidak. Aku tidak pernah dan tidak akan pernah menganggapmu kejam. Karena aku tahu semua ini juga menyakitimu. Aku tahu kau merasakan sakit yang sama seperti yang aku rasa saat ini.
Yang membuat kita berbeda adalah kau mampu menutupi rasa sakitmu dengan bahagiamu yang baru, sedangkan aku tidak
.
Tapi bumiku berkata lain. Dia membenci ketiadaanmu. Membenci setiap kepura-puraan yang aku tunjukkan padanya hampir setiap hari dalam hidupku. Bumiku teramat membencimu sehingga tidak pernah mengijinkanku menjejakkan langkahku tidak bahkan sedetik dalam kenanganmu. Dan aku tidak berdaya. Aku hanya mampu mengikuti pola yang sudah digambarkan untukku. Suatu pola yang begitu rumit untuk kurubah. Garis-garisnya begitu membingungkan, membuat mataku selalu letih bahkan saat baru saja melihatnya. Setiap hari aku terima pola yang sama. Tahukah kau betapa membosankan itu semua? Begitu membosankan sampai membuatku ingin memuntahkan semua yang telah dijejalkan padaku oleh bumiku.
Tapi aku sadari, semua ini semakin membuatku imun. Imun terhadap rasa sakit, sedih, benci dan marah. Kini perasaan itu seolah tiada artinya dalam hidupku. Sekeras apapun mereka berusaha untuk menghancurkan dinding imunitasku, aku tahu mereka tidak akan pernah berhasil. Haruskah aku berterima kasih padamu untuk itu? Tidak. Karena aku membenci diriku yang baru. Membuatku seperti bukan seorang manusia. Bukankah manusia seharusnya memiliki emosi? Kenapa aku semakin kehilangan emosi itu? Apakah aku akan menjadi seorang zombie? Dan iya, aku menyalahkanmu karena itu. Aku amat membencimu karena itu. Selepas hari itu, aku membencimu.

No comments:

Post a Comment

Friday 3 December 2010

Sebuah Tulisan di Buku Diariku




Seolah bumiku tidak pernah ada atau kau rasa. Seperti itulah sekarang tampakmu olehku. Entah apa yang telah bumiku perbuat salah sehingga kau menjejakkan jauh kakimu dan tidak pernah menoleh ke belakang. Tidakkah kau dengar suara itu? Suara dedaunan di musim panas yang memanggil namamu? Suara rintik hujan yang meneriakkan rasa rindunya padamu? Bumiku kini lebih indah dari sebelumnya, ada lebih banyak malaikat kecil yang bermain di taman, berlari bekejar-kejaran dengan tawanya yang begitu nyaring namun damai kurasa. Kejamkah kau bagiku? Tidak. Aku tidak pernah dan tidak akan pernah menganggapmu kejam. Karena aku tahu semua ini juga menyakitimu. Aku tahu kau merasakan sakit yang sama seperti yang aku rasa saat ini.
Yang membuat kita berbeda adalah kau mampu menutupi rasa sakitmu dengan bahagiamu yang baru, sedangkan aku tidak
.
Tapi bumiku berkata lain. Dia membenci ketiadaanmu. Membenci setiap kepura-puraan yang aku tunjukkan padanya hampir setiap hari dalam hidupku. Bumiku teramat membencimu sehingga tidak pernah mengijinkanku menjejakkan langkahku tidak bahkan sedetik dalam kenanganmu. Dan aku tidak berdaya. Aku hanya mampu mengikuti pola yang sudah digambarkan untukku. Suatu pola yang begitu rumit untuk kurubah. Garis-garisnya begitu membingungkan, membuat mataku selalu letih bahkan saat baru saja melihatnya. Setiap hari aku terima pola yang sama. Tahukah kau betapa membosankan itu semua? Begitu membosankan sampai membuatku ingin memuntahkan semua yang telah dijejalkan padaku oleh bumiku.
Tapi aku sadari, semua ini semakin membuatku imun. Imun terhadap rasa sakit, sedih, benci dan marah. Kini perasaan itu seolah tiada artinya dalam hidupku. Sekeras apapun mereka berusaha untuk menghancurkan dinding imunitasku, aku tahu mereka tidak akan pernah berhasil. Haruskah aku berterima kasih padamu untuk itu? Tidak. Karena aku membenci diriku yang baru. Membuatku seperti bukan seorang manusia. Bukankah manusia seharusnya memiliki emosi? Kenapa aku semakin kehilangan emosi itu? Apakah aku akan menjadi seorang zombie? Dan iya, aku menyalahkanmu karena itu. Aku amat membencimu karena itu. Selepas hari itu, aku membencimu.

No comments:

Post a Comment