Wednesday 9 November 2011

Angka = Kebahagiaan??


Malam itu Cinta sedang bahagia. Saking bahagianya, dia yang termasuk seorang introvert akut pun mampu melakukan percakapan panjang dengan kedua orang tuanya.

"Mulai bulan depan aku dapat tambahan jam siar. Program baru yang aku ajukan diterima." ujar Cinta tanpa bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
"Wah, hebat. Berarti kamu dapat tambahan juga kan?" respon sang ibu.
"Tambahan apa, Bu?" jawab Cinta setengah bingung.
"Ya gaji lah, apalagi. Kerja nambah, berarti digit juga nambah."
"Hehe..kalau yang itu belum, Bu."
"Lho kalau begitu kenapa nyari-nyari kerjaan? Toh nominal yang kamu terima tidak berbanding lurus?"
"Bu, aku bukannya nyari-nyari kerjaan. Aku nyari kesenangan dan kesenangan itu aku dapat ya dari siaran. Rasanya puas kalau bisa bikin para pendengar merasa terhibur."

***

"Dapat nilai berapa Sains nya, Ngga?"
"Dapat 90, Ma. Yang Angga pelajari tadi malam banyak yang keluar di tes. Bu Guru juga sering ngasih soal-soal itu di kelas sampai bosan"
"Wah, hebat anak mama. Selamat ya! Terus kemarin tes English dapat berapa?"
"Mm...cuma 60. Soalnya susah-susah Ma."
"Lho, tapi materinya sudah pernah diajarkan sama Bu Guru kan?"
"Ya sudah Ma. Tapi Bu Guru tidak pernah nyuruh aku menghafal ini itu."
"Terus di kelas kamu ngapain kalau tidak belajar?"
"Ya belajar, tapi gak hafal-hafalan. Biasanya aku disuruh bikin menu makanan tapi ditulis pakai English. Ada cake, cheese, noodle, juice, coffee dan lain-lain. Terus pernah disuruh bikin cerita tentang artis kesukaan. Terus ada fashion show juga Ma. Sama Bu Guru disuruh pakai shirt, skirt, cap, trousers, jacket, dan banyak lagi. Terus main game crosswords, banyak-banyakan menemukan kata melawan grup yang lain. Pokoknya aku seneng kalau waktunya English. Nggak apa-apa kalau dapat 60"

***

Dua orang sahabat tengah berargumen di suatu siang di tengah bulan November.

"Kapan nyusul? Nunggu apalagi? Sudah kepala 3 lho ya!"
"Hihi..santai dulu lah. Aku ini masih belum siap lahir batin."
"Ah kamu alasan aja dari dulu. Kamu ini memang aneh, Bil. Karir udah ok, tampang juga lebih dari pas-pasan, yang naksir juga banyak. Minta apalagi?"
"Aku cuma minta jodoh yang tepat. Untuk saat ini, Tuhan belum ngasih. Aku sudah cukup bahagia kok dengan keadaanku sekarang."
"Kamu salah, kebahagiaan itu kalau kita membina keluarga di usia yang tepat. Kepala 3 sudah sangat jauh lebih dari cukup."

Keesokan harinya...

"Kenapa hidupku seperti ini sih, Kak? Kenapa aku tidak bisa sebahagia kakak?"
"Ada apa Mel? Datang-datang kok memperkarakan kebahagiaan?"
"Ya aku iri ngeliat Kak Bila. Cantik, kerjaan bagus, pintar, banyak teman. Nggak kayak aku yang baru 28 tapi sudah kayak wanita umur 40 tahun yang terjebak dalam pernikahan tidak harmonis. Tahu gitu dulu aku tidak menikah muda"
"Kebahagiaan itu pilihan, Mer. Tidak peduli kamu menikah umur berapa, kalau memang saat menjalaninya kamu memilih untuk memberi ruang lebih pada kebahagiaan, ya kamu akan bahagia. Cobalah jadi pribadi yang positif, mungkin itu akan membantu."

***

Yusran, seorang office boy yang baru satu bulan bekerja di sebuah perusahaan besar sedang berbincang dengan seorang rekannya. 

"Sudah dengar belum? Pak Soni mau datang ke pabrik."
"Siapa itu Pak Soni?" Tanya Yusran dengan tampang innocent.
"Waduh payah kamu, Yus. Pak Soni itu ORANG NOMOR SATU di perusahaan ini. Pabrik ini merupakan satu dari empat pabriknya di seluruh Jawa. Dia sangat kaya, Yus. Andai saja kita punya sepersepuluh dari kekayaannya, kita pasti sangat bahagia."
"Kalau dia orang nomor satu, berarti aku orang nomor berapa ya Jon?" ucap Yusran sembari terkekeh.

Tidak lama di hari yang sama...

"Pak, mau saya bikinkan kopi?"
"Keluar kamu, jangan ganggu saya. Tidak tahu orang sedang kerja. Sialan kamu! Bikin hilang konsentrasi saja."
"Maaf, Pak. Saya tidak tahu. Maaf." Ucap Yusran kaget.

Sambil berjalan meninggalkan kantor si bos di lantai dua, Yusran berpikir, "Kasian sekali orang nomor satu ini, pasti hari-harinya tidak bahagia karena bisa bicara sekasar itu pada orang seperti saya yang peringkat nya jauh di bawah dia dan bahkan bukan saingannya."

***

Apa yang aku tulis di atas merupakan beberapa ilustrasi singkat yang aku suguhkan sesuai dengan kemampuan dan kapasitasku. 'Angka' terkadang memang bisa menjadi ukuran yang paling baik. Seperti ukuran kaki saat kamu akan membeli sepatu atau ukuran badan saat kamu menjahitkan baju. Tapi tidak sedikit pula kasus dimana angka cuma menjadi 'ukuran palsu', yang tidak bisa menjamin harga asli dari perasaan individu. Sebut saja kebahagiaan. Kita tidak akan pernah tahu 'angka' berapa yang mampu mendeskripsikan kebahagiaan seseorang dengan tepat. Kebahagiaanku sekarang mungkin berkisar antara 1 juta...salah, mungkin 2 atau 3 juta. Well...mungkin 10 juta. Baiklah, aku tidak tahu dengan tepat berapa 'angka kebahagiaanku'. Tapi itu bukan masalah, karena yang jelas sekarang aku bahagia. 

"After all, I believe number has nothing to do with happiness." You?

3 comments:

  1. i can't imagine how could you wrote those brilliant ideas...like it so much. btw my happiness number is 1, 1 love for "him" and 1 life i'm gonna spend with him...#maksa dikit :p

    ReplyDelete
  2. I kinda fifty fifty. I'm happy with the number in my bank account, but I think that I might be happier if I had more. LOL

    ReplyDelete
  3. Fitri: I had a short conversation with an acquaintance the other day. We talked about how people could think that age defines things. Then it hit me that number actually has nothing to do with happiness. I would love to share the idea though not everybody might agree ;)

    Pipit: I could not agree more, girl!! ROFL

    ReplyDelete

Wednesday 9 November 2011

Angka = Kebahagiaan??


Malam itu Cinta sedang bahagia. Saking bahagianya, dia yang termasuk seorang introvert akut pun mampu melakukan percakapan panjang dengan kedua orang tuanya.

"Mulai bulan depan aku dapat tambahan jam siar. Program baru yang aku ajukan diterima." ujar Cinta tanpa bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
"Wah, hebat. Berarti kamu dapat tambahan juga kan?" respon sang ibu.
"Tambahan apa, Bu?" jawab Cinta setengah bingung.
"Ya gaji lah, apalagi. Kerja nambah, berarti digit juga nambah."
"Hehe..kalau yang itu belum, Bu."
"Lho kalau begitu kenapa nyari-nyari kerjaan? Toh nominal yang kamu terima tidak berbanding lurus?"
"Bu, aku bukannya nyari-nyari kerjaan. Aku nyari kesenangan dan kesenangan itu aku dapat ya dari siaran. Rasanya puas kalau bisa bikin para pendengar merasa terhibur."

***

"Dapat nilai berapa Sains nya, Ngga?"
"Dapat 90, Ma. Yang Angga pelajari tadi malam banyak yang keluar di tes. Bu Guru juga sering ngasih soal-soal itu di kelas sampai bosan"
"Wah, hebat anak mama. Selamat ya! Terus kemarin tes English dapat berapa?"
"Mm...cuma 60. Soalnya susah-susah Ma."
"Lho, tapi materinya sudah pernah diajarkan sama Bu Guru kan?"
"Ya sudah Ma. Tapi Bu Guru tidak pernah nyuruh aku menghafal ini itu."
"Terus di kelas kamu ngapain kalau tidak belajar?"
"Ya belajar, tapi gak hafal-hafalan. Biasanya aku disuruh bikin menu makanan tapi ditulis pakai English. Ada cake, cheese, noodle, juice, coffee dan lain-lain. Terus pernah disuruh bikin cerita tentang artis kesukaan. Terus ada fashion show juga Ma. Sama Bu Guru disuruh pakai shirt, skirt, cap, trousers, jacket, dan banyak lagi. Terus main game crosswords, banyak-banyakan menemukan kata melawan grup yang lain. Pokoknya aku seneng kalau waktunya English. Nggak apa-apa kalau dapat 60"

***

Dua orang sahabat tengah berargumen di suatu siang di tengah bulan November.

"Kapan nyusul? Nunggu apalagi? Sudah kepala 3 lho ya!"
"Hihi..santai dulu lah. Aku ini masih belum siap lahir batin."
"Ah kamu alasan aja dari dulu. Kamu ini memang aneh, Bil. Karir udah ok, tampang juga lebih dari pas-pasan, yang naksir juga banyak. Minta apalagi?"
"Aku cuma minta jodoh yang tepat. Untuk saat ini, Tuhan belum ngasih. Aku sudah cukup bahagia kok dengan keadaanku sekarang."
"Kamu salah, kebahagiaan itu kalau kita membina keluarga di usia yang tepat. Kepala 3 sudah sangat jauh lebih dari cukup."

Keesokan harinya...

"Kenapa hidupku seperti ini sih, Kak? Kenapa aku tidak bisa sebahagia kakak?"
"Ada apa Mel? Datang-datang kok memperkarakan kebahagiaan?"
"Ya aku iri ngeliat Kak Bila. Cantik, kerjaan bagus, pintar, banyak teman. Nggak kayak aku yang baru 28 tapi sudah kayak wanita umur 40 tahun yang terjebak dalam pernikahan tidak harmonis. Tahu gitu dulu aku tidak menikah muda"
"Kebahagiaan itu pilihan, Mer. Tidak peduli kamu menikah umur berapa, kalau memang saat menjalaninya kamu memilih untuk memberi ruang lebih pada kebahagiaan, ya kamu akan bahagia. Cobalah jadi pribadi yang positif, mungkin itu akan membantu."

***

Yusran, seorang office boy yang baru satu bulan bekerja di sebuah perusahaan besar sedang berbincang dengan seorang rekannya. 

"Sudah dengar belum? Pak Soni mau datang ke pabrik."
"Siapa itu Pak Soni?" Tanya Yusran dengan tampang innocent.
"Waduh payah kamu, Yus. Pak Soni itu ORANG NOMOR SATU di perusahaan ini. Pabrik ini merupakan satu dari empat pabriknya di seluruh Jawa. Dia sangat kaya, Yus. Andai saja kita punya sepersepuluh dari kekayaannya, kita pasti sangat bahagia."
"Kalau dia orang nomor satu, berarti aku orang nomor berapa ya Jon?" ucap Yusran sembari terkekeh.

Tidak lama di hari yang sama...

"Pak, mau saya bikinkan kopi?"
"Keluar kamu, jangan ganggu saya. Tidak tahu orang sedang kerja. Sialan kamu! Bikin hilang konsentrasi saja."
"Maaf, Pak. Saya tidak tahu. Maaf." Ucap Yusran kaget.

Sambil berjalan meninggalkan kantor si bos di lantai dua, Yusran berpikir, "Kasian sekali orang nomor satu ini, pasti hari-harinya tidak bahagia karena bisa bicara sekasar itu pada orang seperti saya yang peringkat nya jauh di bawah dia dan bahkan bukan saingannya."

***

Apa yang aku tulis di atas merupakan beberapa ilustrasi singkat yang aku suguhkan sesuai dengan kemampuan dan kapasitasku. 'Angka' terkadang memang bisa menjadi ukuran yang paling baik. Seperti ukuran kaki saat kamu akan membeli sepatu atau ukuran badan saat kamu menjahitkan baju. Tapi tidak sedikit pula kasus dimana angka cuma menjadi 'ukuran palsu', yang tidak bisa menjamin harga asli dari perasaan individu. Sebut saja kebahagiaan. Kita tidak akan pernah tahu 'angka' berapa yang mampu mendeskripsikan kebahagiaan seseorang dengan tepat. Kebahagiaanku sekarang mungkin berkisar antara 1 juta...salah, mungkin 2 atau 3 juta. Well...mungkin 10 juta. Baiklah, aku tidak tahu dengan tepat berapa 'angka kebahagiaanku'. Tapi itu bukan masalah, karena yang jelas sekarang aku bahagia. 

"After all, I believe number has nothing to do with happiness." You?

3 comments:

  1. i can't imagine how could you wrote those brilliant ideas...like it so much. btw my happiness number is 1, 1 love for "him" and 1 life i'm gonna spend with him...#maksa dikit :p

    ReplyDelete
  2. I kinda fifty fifty. I'm happy with the number in my bank account, but I think that I might be happier if I had more. LOL

    ReplyDelete
  3. Fitri: I had a short conversation with an acquaintance the other day. We talked about how people could think that age defines things. Then it hit me that number actually has nothing to do with happiness. I would love to share the idea though not everybody might agree ;)

    Pipit: I could not agree more, girl!! ROFL

    ReplyDelete