Sunday 20 November 2011

Kamu lah Status Quo Itu!



Teruntuk KAMU,

Tidak pernah mudah buatku untuk mendefinisikan perasaan yang sudah lama mengikat jiwa bebasku ini. Sejak kamu masih berjinjit ketika melangkah masuk ke kawasan rentan yang aku sebut 'hati', sampai akhirnya sekarang saat kamu menghentakkan kaki, belum juga berhasil aku temukan kalimat atau bahkan kata yang tepat untuk menjelaskannya. Aku hanya tahu kamu adalah orang yang memesona. Kecantikanmu itu telah menaklukkan benteng ego dan self esteem ku. Eksistensimu telah berhasil menyadarkan aku akan sesuatu yang tidak pernah aku tahu namun benar terbentang disana, bahwa ada bagian dari diriku yang tidak pernah benar-benar terisi. Dan kamu secara ajaib telah berhasil menemukan jalanmu menuju ke titik tersebut dan mendiaminya. Suatu keadaan yang awalnya tidak bisa aku terima dengan logika. Sampai di suatu saat dimana aku tertegun dengan teori yang baru saja aku ciptakan. Kita ini makhluk luar angkasa yang datang dari planet yang sama di suatu tempat di galaksi Bima Sakti. Dan itu membuat semuanya tampak jelas. Kita memegang kunci yang sama, berbicara dengan bahasa serupa. Itu sebabnya sangat mudah menemukan jalanmu menuju ke pusat gravitasiku dan secara konstan menjatuhinya dengan serpihan rasa kagum akan dirimu.

Akan tetapi berbicara denganmu merupakan suatu perjuangan. Tidak pernah sebelumnya aku harus mati-matian hanya demi menyusun sebuah frasa. Dan selama pembicaraan itu, percayalah, jantungku berdebar tidak kalah kencang dengan mereka yang sedang berolah raga. Kamu pun cukup cerdas menghadapi seorang idealis perfeksionis seperti aku. Seorang yang memiliki control issues. Setiap kamu muncul, setiap itulah aku kehilangan kuasa akan diriku. Dan tidak ada yang lebih memuakkan dibanding menjadi pihak yang tidak berdaya. Semuanya terasa seperti gamble. Dan kalau itu tentangmu, setiap tebakan jituku hampir sembilan puluh persen selalu meleset. Pribadimu merupakan pribadi paling rumit yang aku pelajari. Kamu itu tidak jauh beda dengan cuaca di Inggris yang selalu berubah-ubah. Dari panas ke dingin, dari cerah ke gelap, dan dari sinar matahari ke hujan. Kamu adalah sebuah pengecualian terhadap banyak hal. Kamu adalah suhu di bawah lima derajat celcius yang diam-diam aku nikmati. Kamu adalah the wild card. Dan yang sangat menggangguku saat ini adalah kenyataan bahwa kamu telah menjadi satu-satunya alasan ekosistem tidak seimbang. Yes, the 'status quo' has finally changed, Honey.

Status Quo yang dulu sekarang sudah tidak berlaku. Things are utterly different. Sekarang kamu lah status quo itu. Kamu bukan lagi sekedar objek yang bisa aku nikmati. Lebih dari itu, kamu telah memposisikan dirimu sebagai subjek, seperti pemeran utama dalam sebuah cerita, pusat dari segala aktivitas. Aku pun mulai merasa nyaman dengan status quo baru ini. Kamu menciptakan sebuah abnormality yang sangat indah dan memikat, yang terkadang memaksaku untuk tawar menawar dengan harga diri. Sama seperti saat ini, ketika keinginan untuk sekedar melihat tanda-tanda keberadaanmu begitu kuat, harga diriku terpelanting jauh. Kamu sudah merajut jaring disekitarku. Aku pun sadar aku tidak bisa pergi kemana-mana lagi. Aku merindukanmu, Cinta.



5 comments:

  1. Seems like your spark is getting more and more dazzling. I love your rhythm and diction. Not to mention the sincerity and loveliness within. Beautiful!

    ReplyDelete
  2. Thanks, sweetie. So glad I managed to write how I feel. This odd feeling of longing really annoys me. Try to eliminate metaphor as many as I could, it's not my thing. However, when you talk about this magical thing called love, metaphor sometimes end up becoming the best option.

    ReplyDelete
  3. no comments...cuma bisa bilang "Hebat banget pilihan kata & ide nya". jgn lupa lanjutan cerpen nya ditunggu ^^

    ReplyDelete
  4. Masih dalam proses say untuk lanjutan Julia dan Wanda. Lagi stuck jadi biarin dulu sampai bener-bener nemu ide. Hehehe.. Thanks for the praise! I sure miss the boy a lot now ;)

    ReplyDelete
  5. Well, sometimes, no!, most of the times, those odd feelings of longing, those powers of loving, those strange abilities of holding your ground for someone or something, are what actually matter for writing. We can use metaphor, choose the best diction, apply the best formula of creating a fiction, but without these true feelings, it's nothing but groups of pretty words. Your feeling adds a life in it. You are at this best state of writing, capture those stars!

    p.s : Here! Use my Spongebob jelly fish net!

    ReplyDelete

Sunday 20 November 2011

Kamu lah Status Quo Itu!



Teruntuk KAMU,

Tidak pernah mudah buatku untuk mendefinisikan perasaan yang sudah lama mengikat jiwa bebasku ini. Sejak kamu masih berjinjit ketika melangkah masuk ke kawasan rentan yang aku sebut 'hati', sampai akhirnya sekarang saat kamu menghentakkan kaki, belum juga berhasil aku temukan kalimat atau bahkan kata yang tepat untuk menjelaskannya. Aku hanya tahu kamu adalah orang yang memesona. Kecantikanmu itu telah menaklukkan benteng ego dan self esteem ku. Eksistensimu telah berhasil menyadarkan aku akan sesuatu yang tidak pernah aku tahu namun benar terbentang disana, bahwa ada bagian dari diriku yang tidak pernah benar-benar terisi. Dan kamu secara ajaib telah berhasil menemukan jalanmu menuju ke titik tersebut dan mendiaminya. Suatu keadaan yang awalnya tidak bisa aku terima dengan logika. Sampai di suatu saat dimana aku tertegun dengan teori yang baru saja aku ciptakan. Kita ini makhluk luar angkasa yang datang dari planet yang sama di suatu tempat di galaksi Bima Sakti. Dan itu membuat semuanya tampak jelas. Kita memegang kunci yang sama, berbicara dengan bahasa serupa. Itu sebabnya sangat mudah menemukan jalanmu menuju ke pusat gravitasiku dan secara konstan menjatuhinya dengan serpihan rasa kagum akan dirimu.

Akan tetapi berbicara denganmu merupakan suatu perjuangan. Tidak pernah sebelumnya aku harus mati-matian hanya demi menyusun sebuah frasa. Dan selama pembicaraan itu, percayalah, jantungku berdebar tidak kalah kencang dengan mereka yang sedang berolah raga. Kamu pun cukup cerdas menghadapi seorang idealis perfeksionis seperti aku. Seorang yang memiliki control issues. Setiap kamu muncul, setiap itulah aku kehilangan kuasa akan diriku. Dan tidak ada yang lebih memuakkan dibanding menjadi pihak yang tidak berdaya. Semuanya terasa seperti gamble. Dan kalau itu tentangmu, setiap tebakan jituku hampir sembilan puluh persen selalu meleset. Pribadimu merupakan pribadi paling rumit yang aku pelajari. Kamu itu tidak jauh beda dengan cuaca di Inggris yang selalu berubah-ubah. Dari panas ke dingin, dari cerah ke gelap, dan dari sinar matahari ke hujan. Kamu adalah sebuah pengecualian terhadap banyak hal. Kamu adalah suhu di bawah lima derajat celcius yang diam-diam aku nikmati. Kamu adalah the wild card. Dan yang sangat menggangguku saat ini adalah kenyataan bahwa kamu telah menjadi satu-satunya alasan ekosistem tidak seimbang. Yes, the 'status quo' has finally changed, Honey.

Status Quo yang dulu sekarang sudah tidak berlaku. Things are utterly different. Sekarang kamu lah status quo itu. Kamu bukan lagi sekedar objek yang bisa aku nikmati. Lebih dari itu, kamu telah memposisikan dirimu sebagai subjek, seperti pemeran utama dalam sebuah cerita, pusat dari segala aktivitas. Aku pun mulai merasa nyaman dengan status quo baru ini. Kamu menciptakan sebuah abnormality yang sangat indah dan memikat, yang terkadang memaksaku untuk tawar menawar dengan harga diri. Sama seperti saat ini, ketika keinginan untuk sekedar melihat tanda-tanda keberadaanmu begitu kuat, harga diriku terpelanting jauh. Kamu sudah merajut jaring disekitarku. Aku pun sadar aku tidak bisa pergi kemana-mana lagi. Aku merindukanmu, Cinta.



5 comments:

  1. Seems like your spark is getting more and more dazzling. I love your rhythm and diction. Not to mention the sincerity and loveliness within. Beautiful!

    ReplyDelete
  2. Thanks, sweetie. So glad I managed to write how I feel. This odd feeling of longing really annoys me. Try to eliminate metaphor as many as I could, it's not my thing. However, when you talk about this magical thing called love, metaphor sometimes end up becoming the best option.

    ReplyDelete
  3. no comments...cuma bisa bilang "Hebat banget pilihan kata & ide nya". jgn lupa lanjutan cerpen nya ditunggu ^^

    ReplyDelete
  4. Masih dalam proses say untuk lanjutan Julia dan Wanda. Lagi stuck jadi biarin dulu sampai bener-bener nemu ide. Hehehe.. Thanks for the praise! I sure miss the boy a lot now ;)

    ReplyDelete
  5. Well, sometimes, no!, most of the times, those odd feelings of longing, those powers of loving, those strange abilities of holding your ground for someone or something, are what actually matter for writing. We can use metaphor, choose the best diction, apply the best formula of creating a fiction, but without these true feelings, it's nothing but groups of pretty words. Your feeling adds a life in it. You are at this best state of writing, capture those stars!

    p.s : Here! Use my Spongebob jelly fish net!

    ReplyDelete